Tradisi Mandi Berdimbar pada Masyarakat Melayu Langkat
Suku Melayu adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang kaya akan adat, tradisi dan budaya. Salah satu tradisi yang ada dalam masyarakat Melayu ini adalah tradisi Mandi Berdimbar. Tradisi Mandi Berdimbar ini merupakan bagian dari rangkaian upacara adat perkawinan masyarakat Melayu dimana tradisi ini dilakukan oleh pasangan yang hendak menikah.
Mandi Berdimbar ini juga disebut sebagai mandi berhias atau mandi di halaman, sebab kegiatan mandi ini dilakukan di sebuah tenpat yang disebut dengan panca persada yang dihias seindah mungkin. Tradisi mandi ini dilaksanakan di halaman rumah dan juga disaksikan oleh khalayak ramai.
Tradisi Mandi Berdimbar biasa dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya yang hendak menikah. Pada dasarnya tujuan Mandi Berdimbar adalah merupakan ajaran dan peringatan kepada kedua calon pengantin agar melaksanakan mandi besar (junub). Dan juga haapan bagi orang tua kelak anaknya diberikan kemudahan dalam menjalani bahtera rumah tangga.
Proses Mandi Berdimbar
- Perlengkapan Mandi Berdimbar
dalam melaksanakan kegiatan ini, diperlukan perlengkapan dan peralatan antara lain :
- Sebuah bangunan yang disebut dengan panca persada, berbentuk segi 5 dengan tiang 5 buah dihiasi oleh daun kelapa dan hiasan yang seindah mungkin.
- 2 buah gebok/guci sejenis tempayan berisi air dan gebok ini dihiasi oleh anyaman pandan berbentuk lipan.
- 1 buah talam berisikan 2 butir telur ayam, 1 perangkat tepung tawar, beras putih dan beeras kuning.
- 1 gulung benang bola yang besar.
- 1 mayang/bunga pinang
- 1 buah dulang dengan perlengkapan alat kosmetik, sisir, cermin dan lain-lain.
- Pelaksanaan Mandi Berdimbar
Dalam proses pemandian ini selalu dibarengi dengan pantun-pantun yang berisikan nasehat kepada kedua calon penganti. Adapun proses mandi ini meliputi beberapa langkah, yaitu :
- Langkah pertama adalah menempatkan pengantin di panca persada, dimana sudah tersedia sepasang kursi lalu keduanya didudukkan. Dalam proses mandi ini dibantu oleh 2 orang bidan.
Mandi berdimbar mandi berdua
Satu hati di panca persada
Awal pertama berumah tangga
Tidak ada rintangan di malam pertama
- Langkah kedua adalah pengantin berkerik, kedua bidan memandu kedua pengantin berkerik membersihan diri dari segala bentuk daki agar bersih dan suci.
Berkerik langkah kedua
Bersih diri pengantin sepasang
Jauh dari perbuatan tercela
Agar diri disayang orang
- Langkah ketiga adalah memakai kain basahan (namun pada saat sekarang ini sudah digunakan pakaian lengkap). Kedua pengantin mengganti pakaian dengan kain basah untuk mandi di dalam panca persada, kedua bidan menutup keliling panca persada dengan kain sehingga tidak terlihat oleh orang. Kesopanan orang Melayu tidak suka membuka sembarang badan, seperti yang terdapat dalam pantun berikut:
Memakai basahan di kala mandi
Menutup diri segala tubuh
Sopan dan santun pembungkus diri
Menutup malu iman yang teguh
- Langkah keempat adalah memijak telur, kedua bidan tetap memandi kedua pengantin untuk memijak telur. Keduanya berdiri dan masing-masing memijak sebutir telur hingga pecah, tepung tawar yang ada merupakan saksi.
Memijak telur bersama-sama
Bagi pengantin dua sejoli
Melahirkan anak yang berguna
Hidup subur membawa rezeki
- Langkah kelima adalah memasang lilin. Kedua pengantin secara serentak memasang lilin, kemudian bidan membawa lilin mengeliling pengantin tujuh kali dan kemudian berebut pula menghembuskan lilin. Dengan penerangan lilin dihasilkan cahaya terang meliputi kedamaian rumah tangga selalu rukun.
Tamsil lilin cahaya terang
Dalam hidup berumah tangga
Rukun bahagia tetap dijelang
Penuh damai dalam keluarga
- Langkah keenam adalah melilit benang, oleh bidan benang bola diukur setinggi badan masing-masing pengantin. Untuk laki-laki 4 helai setinggi badan dan untuk perempuan 3 helai setinggi badan. 7 helai benang ini dijadikan satu lalu dililitkan ketubuh sepasang pengantin menjadi satu dan diikat. Hal ini bemakna agar jodohnya tetap hingga ke anak cucu.
Benang bola berlapis tujuh
Diikat ke tubuh pengantin berdua
Jodoh bersama tiada mengeluh
Hidup berdua aman sentosa
- Langkah ketujuh adalah mencucurkan air melalui mayang. Oleh bidan mayang pinang diampu di atas kepala pengantin lalu air dicucurkan ke mayang pinang hingga membasahi kepala keduanya. Sebagai hasilnya mayang pinang dilambangkan wanita agar rezeki yang dicari suami mengucur bagaikan air.
Mengucurkan air dimayang pinang
Ke atas kepala pengantin berdua
Agar hidup selalu tenang
Rezeki dicari suami selalu ada
- Langkah kedelapan adalah memecahkan mayang pinang diatas kepala pengantin dengan memukulnya berlandas kelapa muda, hingga bunga pinang bertabur jatuh menyirami kepala pengantin. Makna dari langkah ini adalah melambangkan kesuburan dalam keluarga.
Mayang bertabur di atas kepala
Kelapa muda jadi sasarannya
Kesuburan keluarga di rumah tangga
Punya anak eloklah tingkahnya
- Langkah kesembilan adalah mandi air bunga dan air jernih. Benang yang diikat tadi oleh bidan dibuka kembali, kemudian kedua bidan mencucurkan air bunga di kepala pengantin selama 3 kali cucuran sembari membacakan doa dan selanjutnya baru dimandikan dengan air biasa. Pada saat inilah yang hadir juga saling bersiraman. Jika ada jejaka yang suka dengan anak dara maka dia akan menyiramkan air tersebut kepada anak dara dan jika anak dara tersebut membalas siraman tersebut kepada sang jejaka maka disinilah gayung bersambut. Di sini pula awal pertemuan terkadang sampai ke jenjang pernikahan.
Mandi bunga mengandung makna
Seluruh badan menjadi basah
Pandai mengatur rumah tangga
Semoga menjadi keluarga bertuah
- Langkah kesepuluh adalah berganti pakaian. Setelah selesai mandi maka bidan menuntun keduanya agar mengganti pakaian yang basah. Langkah ini mengandung makna sebagai manusia beragama harus menutup aurat dengan sempurna dan tetap rapi.
Yang kurik adalah kunci
Yang merah adalah saga
Yang baik adalah budi
Yang indah adalah bahasa
- Langkah kesebelas adalah setelah berganti pakaian maka sang istri pun berbenah dan bersolek dibantu oleh bidang. Walau dalam keadaan bagaimana pun sang istri harus berpenampilan cantik. Seperti ungkapan berikut:
Bunga mekar indah berseri
Menyebar aroma harum dan wangi
Tak akan luntur kasih suami
Karena istri bersih dan rapi
- Langkah keduabelas adalah menghidang juadah. Setelah selesai berdimbar maka keduanya naik ke rumah dan di rumah tersebut para keluarga sudah menunggu di ruang tamu. Maka sang istri pun menghidangkan juadah untuk sarapan bersama keluarga.
Saat sekarang ini tradisi mandi berdimbar sudah mulai dilupakan dan juga sudah jarang dilaksanakan karena masyarakat sekarang lebih suka dengan hal-hal yang praktis, di samping para ahli yang membidani mandi berdimbar ini sudah tidak ada lagi/meninggal, kalaupun ada hanya tinggal beberapa orang.
Sumber bacaan:
Drs. Zainal arifin, AKA, 2010, Adat Budaya Resam Melayu Langkat, Medan (Langkat), Teater Garis Lurus.
Artikel lainnya
Biro Hukum dan Kerja Sama Luar Negeri-
Kementerian Agama Republik Indonesia.
Biro Hukum dan Kerja Sama Luar Negeri mempunyai tugas Melaksanakan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan,rancangan peraturan dan keputusan menteri,penyuluhan dan bantuan hukum,serta kerja sama luar negeri pada lingkuangan Kementerian Agama Republik Indonesia.